AKA, Dan Musik Bawah Tanah

Polemik itu berkisar pada soal layak-tidaknya AKA mengklaim dirinya sebagai pengusung aliran underground (bawah tanah). Istilah bawah tanah waktu itu merujuk pada jenis musik ingar-bingar (heavy metal) yang dibarengi dengan berbagai atribut nonmusikal, seperti rambut gondrong, pakaian awut-awutan, serta atraksi panggung yang teatrikal dan sensasional.

Minggu, 01 Maret 2009

Mencari Makna Musik Progressive


PADA perjalanan tahun 90-an, musik progresif atau yang sering diinterpretasikan ke dalam aliran musik progressive rock merebak ke permukaan. Pergerakannya kian menggaung seiring dengan melambungnya ketenaran grup musik Dream Theater. Aksioma tersebut menimbulkan fenomena di mana semantik "progresif" menjadi hiperbolis di sela-sela perbincangan mengenai musik rock. Demikian pula pada sektor industri, oleh sebagian produser dan distributor perekaman, istilah demikian sudah dijadikan sloganisme dalam menemukan positioning di pasar. Sementara di sisi lain, ada pula sebagian masyarakat pengonsumsi musik yang secara gamblang menyatakan bahwa musik ”yang ini” progresif dan ”yang itu” bukan progresif. Adalah suatu ambiguitas di mana sebuah pernyataan pada akhirnya menimbulkan pertanyaan, apa itu musik progresif?

TERTULIS dalam riwayat musik rock di mana pada pertengahan tahun 1967 setelah The Beatles meluncurkan album "Sgt. Peppers Lonely Hearts Club Band", ditengarai bahwa perkembangan musik telah dimulai. Tercetus perkiraan bahwa album tersebut dianggap sebagai pertanda awal munculnya embrio musik progresif. Atmosfir psychedelic yang pada era 60-an dijadikan sebagai trend di samping R&B (Rhythm and Blues) disinyalir ikut mempengaruhi kemunculan musik rock progresif. Dengan pola permainan tempo yang lambat dan luas, para musisi seakan leluasa menciptakan musik-musik yang terkesan ekspresif. Digubah dalam komposisi eksperimental pergerakan musik rock terus berlanjut dan berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi instrumentasi. Dan di tahun 70-an musik rock pun mencapai suatu zaman keemasan. Pada lembaran dekade itu, beberapa kelompok musik secara konseptual mencoba menciptakan karya-karya musik yang pada masa itu sempat mengaburkan pendapat masyarakat terhadap format-format musiknya.


Seperti pada repertoar dari grup King Crimson, Genesis, ELP, YFS, Gentle Giant, dsb. Dalam standardisasi musik rock, counterpoint yang mereka ciptakan sering menimbulkan absurditas untuk dipahami. Lain halnya dengan istilah yang digunakan di kalangan produser, aliran-aliran musik tersebut cenderung diinterpretasikan dari gerakan-gerakan musik itu sendiri, yakni yang dikenal dengan sebutan musik progresif. Pendapat demikian terbilang sederhana bila disandarkan pada pemikiran para pakar bahasa. Dalam kamus bahasa, progresif merupakan bentuk sifat dari kata "progres" yang mengandung arti gerak maju atau ihwal berkembang ke depan. Pengartian yang cukup mendasar ini sangat monumental di waktu yang akan datang.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, apakah setiap musik progresif akan menjadi mastermind pada masa kemudian? Sebagai jawaban alternatif, kiranya bisa dikaitkan dengan pernyataan Peter Gabriel di masa silam bahwa musik-musik yang dibuatnya bersama Genesis memang diciptakan untuk masa yang akan datang.

Dalam pencarian yang panjang untuk sebuah makna, kadang dapat melahirkan tafsiran-tafsiran yang bisa dijadikan acuan berpikir. Demikian juga dalam upaya memahami makna sebuah perjalanan ide lewat musik. Bradley Smith di dalam buku The Billboard Guide To Progressive Music mencatat musik progresif sebagai suatu bentuk seni yang dipautkan dengan abstraksi, berusaha untuk menjadi hal yang baru dan berbeda, dan melawan pikiran sehat dalam menyuarakannya. Bill Martin dalam bukunya Listening To The Future mendefinisikan musik rock progresif sebagai upaya dalam menemukan cara baru untuk menjadi kreatif yang dimainkan oleh para virtuoso, yang secara dramatis menggabungkan kompleksitas element musikal dengan keeksotikan instrumental. Ed Macan lewat buku karangannya Rocking The Classic menilai rock progresif sebagai bentuk mula dalam pergerakan musik psikedelik tahun 60-an yang mengambil warna nadanya dari keragaman musik-musik Eropa, menggunakan bentuk-bentuk klasik ke dalam kerangka musik rock serta menggunakan syair-syair yang bergaya simbolis dan cliptis.

Paul Stump melalui tulisannya di buku The Music's All That Matters, menerjemahkan rock progresif sebagai musik yang disifati dengan instrumental tingkat tinggi dan komposisi yang kompleks.

Dari beberapa referensi di atas, diperoleh kesimpulan untuk membuat suatu pendekatan dalam menerjemahkan makna tentang musik progresif. Di mana, dalam bentuk ia berupa musik yang mengalami persilangan secara jelas dan dalam fungsi ia menyuguhkan pengalaman mendengar ketimbang bergerak-gerak goyang mendengarnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Share
 

Salam Tiga Jari. Copyright 2008 All Rights Reserved | Revolution Two Church theme | Powered by Blogger